Irama musik mengalun dengan suara merdu. Suara jidor,
dipadu kendang dengan irama rancak saling menjalin.Semakin memacu semangat penari Bantengan yang menari tanpa
lelah. Tampak mimiknya yang ekspresif dengan geraknya yang gemulai, mereka
menari mengikuti irama tembang-tembang jawa populer. Kadang tampil sedikit
atraktif, yang sangat menggoda perhatian para penonton. Kesenian Bantengan ini
memang sangat elok untuk ditonton. Seakan mata tak lelah tertuju pada para
penari Bantengan. Begitulah sedikit gambaran situasi dalam kesenian Bantengan.
Bantengan begitu popular terutama di daerah pedesaan
Jawa Timur , dimana masyarakatnya masih sarat dan kental dengan tradisi
leluhurnya. Sebagaimana daerah lain yang masih teguh memegang tradisi leluhur,
keberadaan Bantengan dalam khasanah kebudayaan masyarakat pedesaan di Kaupaten
Malang, terutama di Kecamatan Dau juga masih eksis. Meski secara kwantitas
pertunjukkan dan kelompok-kelompok seniman yang berkiprah didalamnya mulai
menurun seiring dengan perkembangan zaman.
Pergeseran ini tidak terlepas dari penilaian minor
terhadap pelaku dan penikmat kesenian Bantengan yang cenderung di katakan
“ndeso”, dikesankan “mistik” dan jauh dari norma keagamaan, dan puncaknya
terjadi pada era 70-an. Pada dekade 90-an hingga saat ini , Kesenian Bantengan
kembali menjadi perhatian dalam komunitas masyarakat Jawa Timur. Yang dulunya disebut sebut sebagai “seni
pinggiran”, dan “kampungan” perlahan namun pasti, kembali menarik hati
masyarakat Jawa Timur. Kesenian Bantengan sering disebut “kampungan”, karena
pergelaran Kesenian Bantengan biasanya hanya ditampilkan di kampung-kampung.
Wajah Pergelaran Musik
Kesenian Bantengan.
Kesenian Bantengan adalah salah satu seni pertunjukan
rakyat Jawa yang berasal dari para pendekar pencak silat yang mencari alternatif lain
agar kesenian pencak silat itu diminati lagi. Acara
Kesenian Bantengan, biasanya diawali dengan Kesenian pencak silat. Gendhing
yang dialunkan para panjak acapkali terasa kuno, biasanya yang digunakan adalah
lagu-lagu langgam campursari.
Kesenian Bantengan pada mulanya untuk beladiri bagi
pemuda di surau-surau. Kesenian Bantengan biasanya mengawali pentas dengan
atraksi ”kembangan“ para pendekar pencak silat.
Pergeseran Kesenian
Bantengan.
Kesenian bantengan kini telah berubah fungsinya dari
yang bersifat sacral-religius, ke profan-sekuler. Kini Kesenian Bantengan lebih
sebagai seni hiburan dan tontonan.
Sejarah Kesenian
Bantengan
Kesenian Bantengan mulai dikenal sejak jaman
penjajahan Belanda, berkembang pesat di daerah sekitar lereng Gunung Arjuno (ke
utara pacet- Mojokerto dan ke selatan Batu-kab. Malang) dan bahkan sampai di
daerah Tengger (daerah Gunung Bromo)
Menepis Kesan Miring
Kesan miring dalam kesenian bantengan, dahulu memang
sangat terasa. Namun seiring dengan perkembangan jaman, kesenian ini semakin di
gemari. Yang dulunya kesenian Bantengan terkesan “ndeso“ dan ”mistik” kini
sudah tidak lagi. Dan sekarang kesenian Bantengan seemakin digemari dan
merupakan salah satu kesenian khas daerah di jawa Timur selain kuda lumping
atau reog ponorogo.